Tuesday, February 15, 2011

Waspadai Bahaya Syirik dan Fenomenanya di Sekitar Kita


Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) syirik dan Dia mengampuni dosa selain itu bagi siapa yang Dia kehendak, barang siapa mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar” (QS. An Nisaa/4: 48).


Bersyukur sekali saya terlahir dan dibesarkan di bumi Indonesia, negeri tercinta dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Negara yang diberkahi keindahan alam, kekayaan melimpah, juga keunikan budayanya. Saking uniknya, terkadang saya masih terkaget kaget dengan banyak fenomena masyarakatnya.

Beberapa waktu yang lalu Indonesia dihebohkan dengan kematian Mbah Maridjan (juru kunci Merapi). Kejadian ini sempat menjadi topik hangat di perbincangkan oleh masyarakat. Kalau dipikir mana mungkin, seorang yang tua renta dapat menjaga gunung yang tangguh apalagi jika kita telusuri bahwa juru kunci tersebut berperan sebagai mediator antara masyarakat dengan hal-hal gaib yang ada di sekitar gunung merapi.

Kisah lain, dukun cilik Ponari, yang konon dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit hanya dengan meminum air batu keramat (yang bahkan disebut-sebut berasal dari surga). Belum lagi praktek ngalap (mencari) berkah dari pohon, mencari rejeki dari jin di Gunung Lawu, penangkapan tuyul dalam botol, percaya kepada tathoyyur (primbon), praktek horoskop (ramal nasib di televisi), pengajaran ilmu kekebalan atau kebatinan, lempar sesajen ke lautan, sampai-sampai kita sudah tidak asing lagi bila bersinggungan dengan hal-hal yang berbau mistis dan keramat mulai keris, pedang, batu permata, cincin, kalung, gelang yang dipercaya dapat membawa kekuatan magis bahkan kebal terhadap senjata tajam.

Fenomena ini, membuat mau tidak mau, nyata tidak nyata akan membawa kita pada arah kesyirikan. Tragisnya lagi, kesyirikan-kesyirikan seperti ini menjadi semakin laris dan tersebar di kalangan orang-orang jahil di kalangan kaum muslimin, ditambah lagi peran media yang begitu mem-blow-up dan mendramatisir untuk cari berita walapun terkadang merusak aqidah dan iman umat.

Inilah gambaran bangsa kita pak...bu, tugas dan tanggung jawab kita semua untuk memerangi segala kebodohan di negara ini, sudah berpuluh-puluh tahun merdeka gak berubah-berubah. Bertambah tahun, semakin banyak bentuk-bentuk kemusyrikan, semakin samar mana yang musyrik atau bukan. Mengingat maraknya fenomena tersebut, hendaknya kita banyak belajar dari sejarah dan pengalaman, berapa banyak kaum yang binasa dan tertimpa azab akibat perbuatan menyekutukan Allah SWT.

Syirik termasuk persoalan bid’ah paling besar dalam kehidupan manusia yang perlu ditangani dengan sungguh-sungguh. Syirik bisa saja dilakukan oleh siapapun. Apabila seseorang menyekutukan Allah Swt dengan sesuatu makhluk-Nya, baik dengan sadar atau tidak, memiliki kepercayaan dan i’tikad dalam ubudiyah, uluhiyyah dan rububiyyah, maka ia jelas-jelas telah berbuat syirik.....

Syirk (شرك) berasal dari kata شَرِكَيَشْرَكُشرِكًا yang berarti: menjadi sekutu baginya, memberikan bagian untuknya baik sedikit ataupun banyak di dalam dzat, atau makna.

Syirik memiliki beberapa tingkatan, dan kesemuanya tercela, yakni syirk al akbar (besar) & syirk al ashghor (kecil). Sedangkan dari sisi apakah dapat diketahui manusia lain ada syirk adz dzôhir/jâliy (jelas), syirk al khofy (tersembunyi)

Syirik al Akbar

Syirik akbar adalah menjadikan tandingan bagi Allah dalam hal ‘uluhiyyah atau ‘ibadah. Inilah yang dimaksud dalam surah An-Nisa[4]: 48,116 diatas, mengakibatkan pelakunya ke luar dari agama Islam, serta kekal selama-lamanya dalam neraka bila tidak taubat darinya.

Syirik al Ashghar

Setiap ucapan atau perbuatan yang dinyatakan syirik oleh syara’ tetapi tidak mengeluarkan dari agama, seperti riya’, yaitu seseorang yang shalat karena Allah akan tetapi dia menghiasinya/membaguskanya supaya dilihat manusia, atau seseorang berinfaq untuk taqarub kepada Allah tetapi dia juga menginginkan pujian manusia.

Syirik inilah yang pernah ditakutkan oleh Nabi kita, Muhammad -Shollallahu ‘alaihi wasallam- menimpa umatnya. Beliau khawatir jika umatnya tertimpa syirik kecil, apalagi jika yang menimpa mereka adalah syirik besar yang merupakan kekafiran, bisa mengeluarkan manusia dari Islam. Sebagaimana beliau bersabda,

Sesungguhnya sesuatu yang paling aku takutkan atas diri kalian adalah syirik ashghor (kecil)". Mereka (Para sahabat) berkata, "Apa itu syirik kecil, wahai Rasulullah?" Beliau bersabda, "Riya’ (ingin diperhatikan saat beramal). Allah -Azza wa Jalla- berfirman di hari kiamat saat Allah memberikan balasan kepada manusia berdasarkan amalan-amalan mereka, “Pergilah kalian kepada orang-orang yang kalian berbuat riya’ (di depannya) ketika di dunia; perhatikanlah, apakah kalian mendapatkan pada mereka balasan”. [HR. Ahmad (5/428-429)].

Syirk adz Dzôhir

Syirik ini terjadi dalam perbuatan secara jelas bisa dilihat manusia, semisal menyembah berhala, menyembelih hewan untuk selain Allah dll. Ini terkategori juga sebagai syirk al akbar (besar)

Syirk al Khofy

Syirik al-khofy adalah syirik yang manusia tidak mengetahuinya, karena tersembunyi dalam hati. Seperti riya’ (pamer) dan sum’ah (ingin didengar org). Riya’ bisa masuk dalam kategori syirik al akbar jika amalnya hanya untuk manusia, bukan untuk Allah, ia lakukan kalau dilihat manusia, kalau tidak dilihat maka ia tidak lakukan. Namun jika amalnya untuk Allah namun ia mengharap juga pujian manusia maka termasuk syirik al ashghar. Begitu juga bersumpah dengan selain nama Allah adalah syirik ashghar, tetapi jika yang bersumpahnya itu dengan keyakinan bahwa yang dia pakai untuk sumpah itu menyamai keagungan Allah maka ini termasuk syirk al akbar.

Syirik ada dalam banyak hal, diantaranya adalah:

1. Syirk al Istiqlâl, yakni menetapkan adanya dua Tuhan atau lebih yg mereka saling bebas.

2. Syirk at Tab’idh, yakni menetapkan bahwa Tuhan terbagi-bagi.

3. Syirk at Taqrîb, yakni beribadah kepada selain Allah untuk mendekatkan diri kepada Allah, seperti generasi awal zaman jahiliyyah.

4. Syirk at Taqlid, yakni beribadah kepada selain Allah karena ikut orang lain.

5. Berhukum dengan selain yg diturunkan Allah dan menghalalkannya. Karena firman Allah:









Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah. dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. (QS। At Taubah/9 : 31)


Ady bin Hatim berkata:

Wahai Rasulullah mereka (nasrani) tidaklah menyembah mereka (rahib).

Maka Rasul menjawab:

Benar, akan tetapi mereka (rahib dan orang alimnya) menghalalkan apa-apa yang diharamkan Allah maka mereka (nasrani) menghalalkannya, dan mereka mengharamkan apa yang dihalalkan Allah maka mereka (nasrani) mengharamkannya pula, itulah penyembahan mereka (nasrani) kepada mereka (rahib dan orang alimnya) (HR. Al Baihaqi, juga diriwayatkan oleh at Tirmidzi dengan sanad Hasan)

6. Syirk al Aghrôdh, yakni ber’amal untuk selain Allah.

7. Syirk al Asbâb, yakni menyandarkan akibat hanya kepada sebab-sebab केबिअसान






Thursday, February 10, 2011

Cintai Masjid Seperti Mencintai Rumah Sendiri


Untitled D
Masjid merupakan salah satu sarana pembinaan umat yang mendapat perhatian begitu besar dari Rasulullah Saw. Karena itu, pada saat singgah di Quba dalam perjalanan hijrah ke Madinah, beliau membangun masjid yang kemudian diberi nama dengan masjid Quba, bahkan ketika sampai di Madinah, bangunan pertama yang didirikan adalah masjid yang kemudian diberi nama dengan masjid Nabawi.

Oleh karena itu, sebagai muslim, semestinya kita memiliki perhatian dan cinta yang besar kepada masjid. Kecintaan yang besar kepada masjid akan membuat kita memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap pemakmurannya. Yang menjadi persoalan kita kemudian adalah, bagaimana kita membuktikan rasa cinta kepada masjid itu?.

Sebenarnya pembuktian rasa cinta kepada masjid bisa kita tunjukkan sebagaimana kita cinta pada seseorang. Ada beberapa ciri yang harus kita tunjukkan.

1. Rindu Pada Masjid.

Cinta pada sesuatu biasanya membuat seseorang rindu pada sesuatu itu karena memang hatinya telah terikat dan terpaut kepadanya. Karena itu, kecintaan kita kepada masjid seharusnya membuat hati kita terpaut kepadanya sejak kita keluar dari masjid hingga kembali lagi ke masjid. Manakala seseorang telah memiliki ikatan hati dengan begitu kuat dengan masjid, maka dia akan menjadi salah satu kelompok orang yang kelak akan dinaungi oleh Allah pada hari akhirat, Rasulullah Saw bersabda yang artinya: Ada tujuh golongan orang yang akan dinaungi Allah yang pada hari itu tidak ada naungan kecuali dari Allah: .seseorang yang hatinya selalu terpaut dengan masjid ketika ia keluar hingga kembali kepadanya (HR. Bukhari dan Muslim).

Manakala hati seseorang telah memiliki rasa cinta dan terpaut kepada masjid, maka pembinaan yang didapat dari masjid akan memberikan pengaruh yang sangat positif terhadap seluruh aktivitasnya di luar masjid.

2. Berkorban Untuk Masjid

Ketika masjid hendak kita makmurkan sebagaimana mestinya, diperlukan pengorbanan yang sangat besar, baik pengorbanan harta, jiwa, tenaga, waktu, pikiran maupun ilmu, pengalaman dan ketrampilan yang dimiliki. Karena itu, sejak membangun masjid, Rasulullah Saw telah menunjukkan pengorbanannya yang besar, bahkan dengan tenaga yang dimilikinya, beliau membawa batu bata hingga para sahabat melihat beliau nampak lelah yang membuat para sahabat juga bersemangat untuk bekerja lebih giat.

Disamping itu, manakala ada sahabat yang menjadi jamaah masjid mengalami kesulitan ekonomi, beliau korbankan hartanya untuk membantu sahabat yang sulit itu hingga teratasi kesulitannya. Tegasnya, dalam bidang apapun termasuk bidang yang bathil sekalipun pengorbanan diperlukan. Kalau mereka yang cinta pada kebathilan mau

berkorban dengan segala yang mereka miliki, mengapa untuk yang haq seperti memakmurkan masjid kita tidak mau berkorban?

3.Membersihkan Masjid

Kecintaan kita pada suatu benda biasanya membuat kita harus selalu memperhatikan dan merawat benda itu. Rumah yang kita cintai membuat kita harus merawatnya setiap hari, begitu pula semestinya kecintaan kita kepada masjid. Karena itu, masjid yang kita miliki harus terawat dan terpelihara kebersihan dan kenyamanannya, bahkan kita sangat dianjurkan untuk memberi wewangian agar menjadi harum baunya, baik pada ruang peribadatan, ruang pertemuan maupun ruang wudhu dan kamar mandi. Namun yang amat kita prihatinkan adalah begitu banyak masjid-masjid kita yang tidak terpelihara kebersihannya sehingga kesegaran dan kenyamanan di dalam masjid tidak kita dapatkan sementara tempat wudhu, kamar mandi atau WC memberikan aroma yang sangat tidak menyenangkan, karena itu, terdapat hadits yang memerintahkan kaum muslimin untuk membersihkan masjid, hadits tersebut artinya: Dari Aisyah ra, ujarnya: Rasulullah Saw memerintahkan membangun masjid di kampung dan membersihkan serta memberinya wangi-wangian (HR. Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi).

Karena masjid harus dibersihkan dan diberi wangi-wangian, disamping lantainya dipel setiap hari, karpetnya juga harus dibersihkan dan sajadahnya dicuci, sementara pencahayaan dan sirkulasi udara masjid harus sebaik mungkin dan jamaah dilarang untuk melakukan hal-hal yang dapat mengotorinya, misalnya dilarang merokok di dalam masjid.

4. Rajin Mendatangi Masjid

Kecintaan terhadap masjid membuat seorang muslim, khususnya muslim yang laki-laki rajin mendatangi masjid setiap harinya, karena itu, shalat berjamaah yang lima waktu semestinya dilaksanakan secara berjamaah di masjid, sedang shalat di rumah baru dilakukan dalam kondisi yang sangat darurat.

Disamping untuk melaksanakan shalat berjamaah, kedatangan seorang muslim ke masjid juga untuk memakmurkan masjid itu dengan berbagai aktivitas yang bermanfaat bagi diri, keluarga dan masyarakatnya. Dengan kedatangan seorang muslim ke masjid guna memakmurkannya dengan sebaik-baiknya, maka kita tidak perlu lagi meragukan keimanannya, Rasulullah Saw bersabda yang artimnya: Apabila kamu sekalian melihat seseorang biasa ke masjid, maka saksikanlah bahwa ia benar-benar beriman (HR. Tirmidzi dari Abu Sa'id Al Khudri).

5. Tidak Menyalahgunakan Masjid

Masjid merupakan sarana untuk mengagungkan Allah Swt dengan segala aktivitas yang tidak bertentangan dengan segala ketentuan-Nya. Karena itu manakala kita cinta kepada masjid, jangan sampai masjid itu digunakan untuk hal-hal yang memang tidak dibenarkan oleh Allah dan Rasul-Nya, misalnya pertama, melakukan jual beli di masjid, larangan ini terdapat dalam hadits yang artinya: Apabila kamu melihat orang berjual beli di masjid, maka katakanlah kepadanya: "semoga Allah tidak menguntungkan perdagangan kamui (HR. Nasa'I dan Tirmidzi).


Kedua, mecari barang yang hilang, larangan ini terdapat dalam hadits yang artinya: "Barangsiapa mendengar seseorang mencari sesuatu yang hilang dalam masjid, hendaklah dikatakannya: "Semoga Allah tidak mengembalikannya kepadamu", sebab masjid didirikan bukan untuk itu (HR. Muslim).


6. Menghormati Masjid

Bila kita cinta pada seseorang, biasanya kita menghormati orang itu dengan berbagai cara yang baik, demikian pula halnya dengan kecintaan kepada masjid. Ada banyak hal yang bisa kita lakukan untuk menunjukkan penghormatan kita kepada masjid. Pertama,

melaksanakan shalat tahiyyatul masjid ketika memasukinya masjid, Rasululklah Saw bersabda yang artinya: Apabila salah seorang diantara kamu datang ke masjid, maka hendaklah ia shalat dua rekaat sebelum duduk (HR. Jamaah dari Abu Qatadah).

Kedua, tidak datang ke masjid dengan bau-bau yang tidak menyenangkan seperti mulut yang bau bawang merah, bawang putih atau kucai, karena itu pada zaman sekarang, jamaah mestinya menyadari bahwa merokok di masjid sesuatu yang tidak boleh dilakukan, Rasulullah Saw bersabda yang artinya: "Barangsiapa makan bawang putih, bawang merah dan kucai, maka janganlah sekali-kali mendekati masjid kami, sebab malaikat merasa terganggu oleh apa-apa yang mengganggu manusia." (HR. Ahmad dan Bukhari dan Jabir ra).

Ketiga, membuang segala kotoran dari dalam masjid, Rasulullah Saw bersabda yang artinya: "Dihadapkan padaku semua pahala yang diperbuat umatku, sampai-sampai kepada satu kotoran yang dikeluarkan oleh seseorang dari dalam masjid (HR. Abu Daud,

Tirmdizi dari Anas ra).

Dari uraian di atas, menjadi jelas bagi kita bahwa, masjid merupakan tempat yang harus kita cintai sebagaimana kita cinta pada rumah kita sendiri. Oleh karena itu, perhatian kita kepada masjid harus selalu kita tingkatkan dari waktu ke waktu agar masjid tidak lagi merana seperti yang sekarang banyak terjadi.